Laman

Jumat, 19 September 2014

Gagal Beasiswa Luar Negeri Bukan Hambatan Meraih Beasiswa Dalam Negeri

Haloha sahabat blogger sekalian. Pada kesempatan kali ini, saya ingin membagi pengalaman saya seputar meraih beasiswa untuk keperluan studi pascasarjana (S2). Setelah saya menyelesaikan program sarjana dengan hasil yang cukup baik, saya berencana untuk langsung melanjutkan pendidikan ke program magister. Waktu itu untuk mendaftar ke tahun ajaran 2013/2014 belum kesampaian dikarenakan pengurusan surat keterangan lulus yang belum lancar. Jadi sempat mengurungkan niat untuk melanjutkan pendidikan di tahun 2013 itu.
Sembari menunggu pengumuman selanjutnya di pascasarjana baik dalam atau luar negeri, saya mendapat informasi dari salah satu laman beasiswa yang menawarkan beasiswa luar negeri ke salah satu universitas yang terletak di negeri Paman Sam itu. Saya baca teliti syarat – syarat beasiswanya dan ternyata dari semua syarat hanya ada 1 syarat yang membuat diriku belum qualified untuk mendaftar yaitu minimal memiliki pengalaman bekerja selama 2 tahun. Nah syarat ini pun sempat membuatku ‘galau’ karena saya pernah sih bekerja sebagai asisten lab selama 2 tahun di jurusan S1 saya dulu da nada surat keterangannya pula. Dengan pemikiran yang cukup panjang, akhirnya saya pun memutuskan untuk mengikuti beasiswa tersebut dengan harapan yang tinggi. Saya mulai mengurus berkas pendaftaran, surat rekomendasi, keterangan pengalaman bekerja, dan sertifikat bahasa inggris (hanya diminta TOEFL >= 450 dan/atau IELTS min 5.0).
Setelah kurang lebih 2 minggu, akhirnya semua berkas pun selesai dan siap dikirimkan via pos ke Kedutaan Besar Amerika Serikat yang bertempat di Jakarta. Saya tertarik mengikuti beasiswa ini karena provider hanya meminta skor bahasa inggris yang pada saat itu saya miliki. Dalam aplikasi beasiswa ini, saya mengambil minat dalam bidang pendidikan sains dan teknologi pembelajaran.
Beberapa bulan kemudian, pengumuman beasiswa pun akhirnya diberitahukan dan dengan perasaan sedikit kecewa, saya pun dinyatakan tidak lulus. Ya mungkin saya belum rezeki untuk studi di luar negeri dan Tuhan pasti punya rencana yang lebih indah buat saya dan masa depan saya. Berlarut dalam kesedihan pun hanya dirasakan beberapa hari olehku dan saya pun bangkit dan ingin mencoba di peluang yang lain. Mengingat banyaknya jenis beasiswa luar negeri lainnya dengan patokan syarat yang sangat tinggi membuat saya mengurungkan lagi niat untuk daftar dan studi di luar Indonesia.
Tak jauh dari kejadian tersebut, akhirnya saya dinyatakan lulus di Institut Teknologi Bandung (ITB) Sekolah Pascasarjana. Sebelumnya sembari saya mendaftarkan diri di beasiswa Amerika Serikat tersebut, saya juga mendaftar ke ITB sebagai cadangan jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Dan Tuhan membukakan peluang untuk saya dengan adanya info beasiswa dalam negeri dari DIRJEN DIKTI KEMENDIKBUD (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Tahun – tahun sebelumnya jenis beasiswa ini sudah ada dan dianggap sebagai beasiswa yang prestisius di Indonesia karena DIKTI memberikan beasiswa penuh dengan mengcover biaya pendidikan, hidup, buku, domisili, penelitian bahkan tiket transportasi selama 2 tahun penuh. Jika mahasiswa pascasarjana mendapatkan beasiswa ini maka tugasnya ya hanya belajar saja dan terkadang dana yang disalurkan sedikit berlebih. Sebelumnya nama beasiswa ini adalah beasiswa Unggulan tetapi mulai tahun 2013 diganti dengan nama BPPDN (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri) sampai dengan sekarang. Sebagai informasi, tahun sebelumnya untuk mendaftar pada program beasiswa ini cukup mendaftar online dan harus dipastikan universitas penyelenggara bekerja sama dengan DIKTI. Jika anda lulus di universitas penyelenggara maka dapat dipastikan anda sebagai awardee beasiswa BPPDN ini.
Nah kontras dengan tahun ini, DIKTI membuat kebijakan baru dengan syarat pendaftaran beasiswa yang semakin ketat. Pelamar beasiswa selain sudah diterima sebagai mahasiswa di universitas penyelenggara, diwajibkan sudah memiliki skor TPA Bappenas minimal 550, TOEFL ITP min 510 dan surat kerjasama n+1 dari universitas. Bisa kebayangkan kontras yang sangat jauh dari tahun – tahun sebelumnya. Tidak hanya status diterima di universitas penyelenggara saja yang menjadi tolak ukur untuk menjadi awarde beasiswa ini.
Tapi Tuhan sungguh baik dan amat baik, semua syarat itu berhasil saya tembus dan saya yakinkan diri sembari berdoa terus agar bisa lulus dan mendapatkan beasiswa ini. Sungguh sulit memang tetapi dengan kerja keras dan semangat maka tidak ada yang tidak mungkin. Saya pun mendaftarkan diri via online dan meng-upload semua file yang dipersyaratkan. Dan langkah akhir yaitu mendapatkan kartu pelamar beasiswa BPPDN 2014.
Perjuangan saya akhirnya berbuah manis, dipenghujung bulan agustus 2014 sebuah pengumuman keluar dan diantara 41 orang yang lulus beasiswa ini, terdapat nama saya tercetak sebagai awarde beasiswa BPPDN 2014 tahun ini. Saya pun terharu dan menangis karena Tuhan itu tidak akan meninggalkan umatNya yang selalu berjuang dan semangat. Kegagalan saya dalam meraih beasiswa luar negeri akhirnya tergantikan dengan keberhasilan saya dalam meraih beasiswa dalam negeri. Ini cukup memuaskan saya karena saya juga akhirnya kuliah sebagai mahasiswa di universitas terbaik di Indonesia dengan program beasiswa penuh.

Jadi buat pembaca blogger sekalian, janganlah kamu putus asa akan suatu hal yang membuat dirimu kecewa melainkan bangkitlah dan berjuanglah, akan ada suatu masa dimana kamu akan berhasil dengan cara yang lain dan tetap andalkan dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
Salam Semangat…!!!

Senin, 01 September 2014

Hasil Pengumuman SPs ITB Gelombang 1 2014

Ini dia yang buat hati nyesek dan paling ditunggu – tunggu banget infonya. Ya apalagi kalau enggak hasil pengumuman SPs ITB Gel 1. Wah pasti sangat penasaran karena ini mah butuh 1 bulan nunggunya dan timing nya buat saya itu tidaklah pas. Disaat yang bersamaan yaitu tanggal 9 Juni 2014 merupakan minggu kedua di bulan Juni dan pihak Sekolah Pascasarjana (SPs) ITB itu menjanjikan akan mengumumkannya hari itu juga. Saya kebetulan lagi ada kerja ke luar negeri, yah ke negara tetangga yang sempat booming dengan kasus pengambilan warisan Indonesia yang di hak patenkan menjadi warisan negara mereka. Ya pastilah itu Negara Malaysia. Lol

Saat itu lagi kerja dan dapat annual job di Malaysia sebagai Education Consultant. Seminggu juga gak kerasa kan kalau uda kerja pastinya. Nah tanggal 9 Juni dimana itu merupakan hari selasa dan saya baru sadar ketika pulang kerja yaitu pukul 18.00 WKL (Waktu Kuala Lumpur). Si manajer juga kebetulan pulang dan saya diminta untuk pulang bersama dengan dia karena kami tinggalnya di 1 Condominium dan berlantai sama yaitu lantai 36. Ketika di dalam taxi, saya membuka situs SPs ITB dan ternyata benar. Pengumumannya sudah ada dan saya juga kaget karena banyak banget nih kriteria hasilnya. Saya jelasin dulu ya apa arti dari kriteria itu.

(1) Diterima ; Status mahasiswa mutlak 100% diterima di ITB
(2) TPA ; Status mahasiswa akan 100% jika dipenuhi syarat TPA Bappenas min >= 475 dalam waktu yang ditentukan
(3) TOEFL ; Status mahasiswa akan 100% jika dipenuhi syarat TOEFL min >= 475 atau ELPT-ITB min >= 77 dalam waktu yang ditentukan
(4) TPA/TOEFL ; Status mahasiswa akan 100% jika dipenuhi syarat TPA Bappenas min >= 475 dan TOEFL min >= 475 atau ELPT-ITB min >= 77 dalam waktu yang ditentukan
(5) Dialihkan ; Akan menjadi mahasiswa dengan kesepakatan yang berlaku (kemungkinan akan studi di semester genap)
(6) Kasus Khusus ; Banyak problem calon mahasiswa baik menyangkut TPA, TOEFL, Hasil Ujian Tertulis bahkan kelinearan pendidikan sarjana sebelumnya. (Bisa diterima menjadi mahasiswa ITB asalkan dengan kondisi tertentu)
(7) Ditolak ; Tidak diterima atau layak menjadi mahasiswa ITB

Selanjutnya saya pun memutuskan untuk hening sejenak dan memantapkan diri untuk mendownload pertama kali yaitu kategori diterima. Suasana mencekam dan ibu manajer juga sudah tau bahwa saya melamar pascasarjana di ITB. Beliau juga support banget dan menyuruh saya untuk cepat – cepat mendownload. Tau sendiri donk kalau di dalam taxi yang berjalan itu, sinyal untuk internetan juga galau. Saya hanya berharap sinyal di salah satu kartu selular di negara ini tidak bermasalah. Setelah di download maka saya pun mencari nama saya dan ternyata Tuhan itu Ajaib. Nama saya pun ketemu dan bersyukur akhirnya diterima. Sungguh tak terduga dan ibu manajer juga mengucapkan selamat sama saya dan juga sedih karena mau gak mau saya harus resign donk demi studi lanjut. Untungnya beliau orangnya baik dan memank saya bekerja di agensi beliau tidak ada ikatan kontrak. Jadi mau resign kapan saja tidak masalah.

Hasil dari usaha dan semangat itu sangatlah manis. Tau sendiri masuk sekolah pascasarjana ITB sungguh berat. Bukan hanya masuk ke program sarjana yang diminati pelajar Indonesia bahkan sampai ke sekolah pascasarjana saja juga tetap diminati. Saya sangat senang bisa diterima dan studi di ITB yang merupakan Universitas Terbaik di Indonesia dengan bidang Sains, Teknologi dan Seni.

Institut Teknologi Bandung (ITB), Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater.

Minggu, 15 Juni 2014

Pengalaman Ujian Akademik SPs ITB 2014


Anneyong...... Sudah sebulan tak nge-blogging nih. Hehehe. Nah kali ini saya akan posting seputar pengalaman saya mengikuti Ujian Akademik di SPs ITB tuk Gelombang 1 Semester 1 2014. Awalnya berdasarkan pantauan saya tahun lalu bahwa untuk mendaftar di ITB itu hanya ada dua syarat yaitu Lulus TPA dan TOEFL/ELPT dengan skor minimal 475 dan 475/77. Tetapi untuk tahun ini, sistem seleksi diperketat dengan menambahkan ujian akademik. Kebetulan saya mendaftar di FMIPA jadinya harus mengikuti ujian akademik secara online. Terkejut.....ya pasti ada tetapi saya ya pasrah saja. Toh yang diujiankan pasti materi yang relevan dengan bidang saya sendiri.

Sepulang ke kota tercinta saya (Medan), saya ya menjalanin aktivitas seperti biasa sambil menunggu ujian akademik untuk FMIPA tanggal 19 Mei 2014. Seminggu sebelum ujian, saya ada proyek kerja ke Negeri Pahang, Malaysia. Saya baru landing di KNIA tanggal 18 Mei 2014, lumayan buru – buru juga sih tapi karena mau ujian ya saya semangat meskipun capek dengan proyek berat seminggu itu. 

Ujian Akademik SPs ITB maksudnya adalah ujian formal yang dilaksanakan guna menguji kemampuan akademik para calon mahasiswa. Karena saya ambil bidang FMIPA maka saya hanya menjelaskan Ujian Akademik FMIPA ITB. Soal ujian hanya bisa diakses via link website tepat pukul 00.00 WIB tgl 19 Mei 2014. Dan wajib sobat kumpulkan pada hari dan tanggal yang sama sampe pukul 23.59 WIB. Soal bisa didownload dan dikerjakan dengan tulisan tangan di kertas apa saja lalu di scan atau dengan typing di MS Word. Selanjutnya sobat kirimkan deh hasilnya sebelum waktu habis via email yang sudah dirujuk sebelumnya. Untuk bidang FMIPA, soal berbentuk essay dengan jumlah 10 soal. Kalo sudah mengenal ITB sebelumnya, pasti tak akan terheran – heran melihat soalnya yang super duper wow. 1 soal bahkan memuat 1 halaman kertas A4 dengan soal beranak cucu cicit dan seperti soal OSN. LOL.

Untuk proses menjawab soal menggunakan sistem “Open Book” dimana sobat sekalian boleh mencari jawaban dari sumber mana saja yang sobat anggap benar. Tapi pengalaman saya, walaupun sudah open book, open laptop, and open internet tetap saja saya close-minded alias tak tahu jawabannya -_-“. Pusing kepala Batman....!!! Akhirnya ya saya pasrah saja dengan jawaban saya, abisnya dicari kesana kemari toh juga ngak dapat. Cuman snack saya aja yang habis dimakan, soalnya gak habis dikerjain. Hahaha... Saya pun mengirimkan jawaban saya tepat pukul 18.00 WIB dan berharap yang terbaik sambil berdoa kepada Allah bahwa saya sudah mengerjakan yang terbaik dan sisanya saya serahkan kepada Allah saja. 

Untuk ujian akademik sih saya hopeless deh, gak bisa berkata yang banyak karena saya merasa ujian akademiknya susah dan diluar dari apa yang dibayangkan. Tapi untuk sobat yang rajin membaca (bukan kayak saya yang hanya main – main aja kerjanya, hehehe) pasti bisa kok menjawab soal akademiknya. Saya hanya berharap di minggu kedua bulan Juni ini, ada pengumuman yang bagus untuk saya. #FIGHTING

Semangat buat sobat sekalian yang lagi menempuh proses seleksi di berbagai universitas. Semoga postingan saya bermanfaat bagi sobat sekalian. Don’t forget to leave your comment

Salam Hangat dan Sukses


Dimas Frananta S
Medan - Sumatera Utara

Sabtu, 03 Mei 2014

Berbagi Pengalaman Ikut ELPT-ITB 2014

Helloww sobat blogger sekalian, kumaha damang?? Mangga mangga mangga. Hahaha...nah itulah kata – kata yang pertama kali gue denger setiba di Bandung untuk mengikuti next challenge di ITB. Setelah ikut TPA Bappenas di Jakarta dan mendapatkan hasilnya, gue langsung capcus ke Bandung buat ujian bahasa inggris namanya English Language Proficiency Test (ELPT) ITB tanggal 11 April 2014 di Pusat Bahasa ITB Ganesha.

ELPT-ITB adalah sejenis tes yang menguji kemampuan bahasa inggris kita mulai dari kemampuan mendengar, struktur bahasa dan membaca. Layaknya tes TOEFL, ELPT-ITB ya 11 12-nya lah sobat. Kalo sobat mau hemat biaya untuk uji kemampuan bahasa inggris, jenis tes ini layak dicoba karena hanya merogoh kocek sebesar IDR 75.0000 saja. Bandingkan dengan TOEFL-ITP yang harganya bisa mencapai IDR 300ribuan lebih. 

Nah untuk mendaftar ikutan tes ini maka sobat perlu melakukan langkah – langkah berikut.
  1. Cek jadwal ujian di website http://www.lc.itb.ac.id nanti ada kotak warna orange tuk melihat jadwal ujian atau menelepon nomor telepon kantor pusat bahasa yang tertera pada website diatas dan tanyakan mengenai jadwal ujian terdekat. FYI, daftarlah jauh – jauh hari karena pengalaman saya itu mendaftar tanggal 10 Maret dan jadwal ujian saya 11 April. Sebulan juga nunggu kan......
  2. Untuk pendaftaran bisa dilakukan dengan perwakilan orang terdekat di Bandung, cukup memberikan uang sebesar IDR 75.000, pas poto warna uk 3 x 4 sebanyak 2 Lembar dan berikan identitas sobat lengkap. Untuk pendaftaran sendiri ya langsung datang saja ke Pusat Bahasa ITB di Gd Labtek VIII Lt 1. Sobat nanti akan diberikan kartu ujian sebagai syarat masuk mengikuti ELPT-ITB
Sekilas mengenai bentuk soal ELPT-ITB itu ya mirip kayak TOEFL ITP. Terdapat 3 bagian subtes yaitu Listening (50 soal), Grammar (50 soal) dan Reading (50 soal). Waktu ujian diberikan lebih kurang 120 menit. Untuk section Listening persis seperti part C di TOEFL, yang hanya ada 1 orang pria/wanita yang membacakan sebuah wacana. 1 wacana yang dibacakan untuk 4 – 5 soal dan terdapat sekitar 10 wacana. Jadi sobat ya harus mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan speaker. Suara speaker kedengaran seperti bukan orang Bule sih beberapa, seperti asian speaker juga kebanyakan. Gue sempat kewalangan pada sesion ini karena speaker ngomongnya cepat dan inti wacana kebanyakan diluar dari jangkauan gue. Alhasil ya main tebak – tebak kacang goreng deh dan main kancing. Lol

Next for grammar section ya sobat disuruh mengisi titik titik yang kosong dengan berbagai option. Grammarnya gak begitu susah kok, cukup kuasai 16 tenses dan beberapa grammar penting seperti Conditional sentences, passive voice, causative, direct and indirect speech, infinitive serta gerund. Soalnya persis seperti bagian structure pada TOEFL kok. Tapi sobat harus cepat menjawab karena ini Cuma diberikan waktu selama 30 menit untuk 50 soal uda termasuk menghitamkan lobang juga loh.

The last itu ya Reading section, nah tuk yang satu bijik ini persis sama seperti Reading TOEFL. Semua jawaban ada pada wacana ya tapi sobat harus peka juga dan perbanyaklah kosa kata. Gue low di sesion ini. Hiks...hiks... :’(

Itu dia seputar bentuk soal ELPT-ITB nya sobat. Gue rasa sobat uda familiar deh ama soal bahasa inggris yang begituan. Hehe... Untuk standar skor minimal masuk pasca ITB, sobat diharuskan mendapat minimal skor 77 atau setara dengan TOEFL 475. Untuk penilaian gue kurang paham nih sob, yang saya tahu ya skornya berkisar dari 0 – 170 gitu. Kalo TOEFL kan dari 310 – 677 kan. Kata petugasnya sih, ntar dibalik sertifikat ada tabel penyetaraan skor dan hasilnya bisa diambil pada hari selasa depan. Gue pun pulang dan berharap skor diatas 77 donk biar gak ngulang lagi kayak TPA dan bisa balik ke Medan sesegera mungkin.
..................................................................

Selasa 15 April pun gue datang ke Pusat Bahasa untuk mengambil hasilnya. Ada hal unik nih sob pas pengambilan skor. Gue ketok pintu kantor dan masuk. Disitu ada 2 bapak bapak yang sedang bertugas di meja FO. Gue nanya, “Pak, hasil ELPT 11 April sudah bisa diambil ya?”. Si Bapak merespon, “Uda dek, Nah tanda tangani ini dulu di bagian nama kamu ya”. Wow...si bapak ngasi saya kumpulan kertas nama – nama peserta ujian lengkap dengan skornya. Saya pun mencari nama saya sampai terakhir tapi ndak ketemu. Jantung gue pun gak tau lagi masih ada disitu apa enggak ya. Hahaha.... Lalu gue balik lagi ke halaman depan dan mencari nama gue perlahan – lahan. Ooppss, nemu juga nama gue dan gue tarik jari gue lurus menuju skor dan gue dapat nilai 72. Sentak gue terdiam dan berpikir, ya Allah gak nyampe 77 ya. Jadi gue harus ngulang lagi, tapi setau gue jadwal ELPT berikutnya adalah 16 Mei. Berarti gue sebulan lagi donk baru balik ke Medan. Mamakeee....Oh my to the God.

Rupanya saya uda melamun selama 3 menitan dan membuat si Bapak menghilangkan lamunan saya dengan menegur dan mencolek tangan saya. Katanya, “Dek...dek...uda ditanda tangani gak?” Saya pun akhirnya tersadar dan menandatangani itu kertas. Lalu si Bapak ngasi saya 2 lembar kuning ukuran A4 yang merupakan sertifikat ELPT-ITB saya. Saya sebenarnya uda sedih tapi ya saya membaca juga ni sertifikat sambil berjalan keluar ruangan. Dan disitu tertera skor saya ternyata 98. What? Kok bisa beda ya? Saya pun kaget dan gak percaya aja kok saya baca di kertas sebelumnya beda sama sertifikat. Lalu saya jumlah – jumlah dan eh memank skor saya segitu. Lalu saya pun balik lagi ke dalam ruangan dan meminta izin buat meminjamkan kertas tadi. Saya lihat nama saya dan memank benar, disitu skor saya tertera 98. Skor 72 yang saya lihat tadi rupanya milik nama dibawah saya kakak kakak. Oh thanks ya Allah, mungkin karena grogi maka saya menunjuk skor yang salah.

Buat sobat blogger sekalian yang penasaran seperti apakah sertifikat ELPT-ITB itu, gue akan cantumkan sertifikat saya dibawah ini.


Dibelakang sertifikat ada tabel penyetaraan skor ELPT-ITB dengan TOEFL. Nah kalo skor saya dikonversikan ya berkisar di atas 520-an juga sobat. Syukur deh. Gak jadi ngulang dan bisa pulang ke Medan secepatnya. Yeyeye.....\m/. Well done and Thanks ya Allah.... ternyata perjuangan gue tidak sia – sia. Berhasil mendapat skor ELPT-ITB diatas skor minimal dan begitu juga dengan skor TPA saya. Syarat utama ITB sudah berhasil ditempuh dan tinggal menyusun berkas pendaftaran yang kurang. 

Buat sobat blogger sekalian, mohon doanya ya biar gue diterima di SPs ITB tahun ini. Pengumumannya sekitar minggu kedua bulan Juni. Berharap ada nama gue yang diterima mutlak sebagai salah satu mahasiswa Pascasarjana ITB, di kampus impian gue dan universitas terbaik peringkat pertama di Indonesia. Gilee....bangga banget gue pasti. Amin, mudah – mudahan ya Allah. Kalo memank rezeki, pasti gak kemana kok. Hehehe.....
Semangat buat sobat sekalian yang lagi menempuh proses seleksi di berbagai universitas. Semoga postingan saya bermanfaat bagi sobat sekalian.

Salam Hangat dan Sukses










Dimas Frananta S
Medan – Sumatera Utara

Jumat, 02 Mei 2014

Yuk Ikut TPA OTO Bappenas 2014........#3

Yuhuuu.....postingan terakhir dari episode ini. Haha...uda macam film Tersanjung aja ya boss pake2 episode. Ya namanya juga edisi curhat2an, jadinya suka2 gueh donk. Oke, sekarang saya akan memaparkan hasil TPA saya nih yang pastinya sudah sobat blogger tunggu2. Eitsss,,, sebelumnya saya akan memberikan gambaran singkat bagaimana proses penilaian dari TPA Bappenas. Ce-kit-dot!

Untuk memprediksikan kira2 berapa skor TPA sobat, bisa menggunakan 2 cara yaitu sistem passing grade dan hitung langsung. Perlu diingat bahwa nilai TPA versi OTO Bappenas itu berkisar dari 200 – 800. Dan untuk melamar ke pascasarjana biasanya mematok skor dibawah 500 kok. Dan saran dari saya nih buat sobat kalian, jika ingin berada di SAFE ZONE maka sobat harus mempunyai nilai TPA antara 570 – 600. Susah?? Memank susah tapi itu semua tergantung kepada persiapan sobat sekalian. Yok kita intip bagaimana penilaian skor TPA-nya.

1. Passing Grade
Pertama sobat hitung nilainya dengan rumus jumlah soal benar dibagikan dengan jumlah total soal. Ini biasanya dipakai untuk skor total dari keseluruhan sub-tes. Setelah itu, sobat konversikan nilainya ke dalam tabel dibawah ini.

Passing Grade
Estimasi Nilai TPA
0,00 – 0,09
200 – 254
0,10 – 0,19
260 – 314
0,20 – 0,29
320 – 374
0,30 – 0,39
380 – 434
0,40 – 0,49
440 – 494
0,50 – 0,59
500 – 554
0,60 – 0,69
560 – 614
0,70 – 0,79
620 – 674
0,80 – 0,89
680 – 734
0,90 – 1,00
740 – 800

2. Hitung Langsung
Metode ini bisa dipakai untuk menghitung skor tiap sub-test. Caranya mudah kok.


Untuk menghitung skor total TPA maka jumlahkanlah skor TPA pada masing2 subtes lalu dibagi dengan 0,3. Nanti skor sobat sekalian sudah dalam ratusan. Hehehe....gampang bukan?
...................................................................................

Sampailah pada momen yang ditunggu2 yaitu hari Kamis, 27 Maret 2014 untuk mengambil hasil TPA Bappenas saya untuk pertama kalinya. Dag...dig...dug hatiku sembari berdoa dalam hati supaya apapun hasilnya nanti saya harus kuat karena Tuhan sudah merencanakan hal yang indah untuk kita umat-Nya. Pukul 09.00 WIB saya pun mendapat SMS dari kawan sebangku pas ujian TPA minggu kemarin dan isi SMS dia menyuruh untuk segera datang ke Gedung Yarnati di Jl Proklamasi No 44 JakPus. Saya pun makin kacau pikiran dan membalas SMS apakah dia sudah dapat skornya dan berapa??

10 menit kemudian samsung android saya pun berbunyi dan membaca SMS dari dia. Isi sms begini, “Alhamdulilah dim, skor gue pas 600. Makanya cepetan loe kemari, panjang antrian loh”. Wow...600 mbok. Gilee ni kawan, tinggi banget skornya. Padahal dia hanya butuh skor 450 untuk daftar di Pascasarjana (SPs) UI. Trus skor gue gimana ya Tuhan?? Galau dot com. Lanjut saya pun bergegas mandi dan siap2. Butuh waktu 2 jam sampai saya benar2 berangkat, yaaa sekitar jam 11-an lah. Lol.

Akhirnya tepat pukul 12.30 saya sampai di Gd. Yarnati dan naik ke Lt 3. Eh rupanya lagi jam makan siang dan tidak ada petugas. Apess deh, karena kesiangan berangkat dan Jakarta macet parah. Lalu saya pun mencari makanan di sekitar gedung itu dan menemukan Bakwan Malang, salah satu makanan unik juga sih yang isinya bakso dengan bentuk dan rasa yang beda2. Saya habiskan waktu selama 30 menit untuk makan siang dan tepat jam 1 siang saya bergegas ke Lt 3 untuk mengambil hasil.

Sesampainya di Lt 3 saya pun harus mengantri, ya namanya juga Jakarta. Tidak ada tempat yang tidak mengantri. Bahkan toilet sekalipun mengantri. Sesuatu ya, Lol! Hal yang mengejutkan saat mengantri adalah orang2 yang sudah mendapat sertifikat skor TPA-nya. Ada yang ketawa, nangis, bahkan baru membuka amplop dan membaca si abang2 itu langsung lemas dan langsung keluar ruangan. You know-lah guys, kata teman di depan gue si abang2 itu nilainya dibawah 450. So gimana dengan skor saya nih? Panic dot com again. Krik...krik... sampailah saya pada detik2 dimana akan diberikan skor TPA saya. Perasaan tak bisa diungkapkan lagi deh, uda campur aduk kayak nasi uduk dan jantung uda berdegup kencang. Lulus gak yah?? Nyampe gak ya skor 475??

Stroberii suueerr,,, si Bapak memberikan amplop atas nama saya dan menyuruh membuka hasilnya di situ juga untuk memastikan benar gak sertifikatnya atas nama saya atau nyangkut punya orang lain. Teng...teng...teng... angka pertama yang saya lihat dan ucap adalah 49,24. Oh God, thanks so much sambil mengelus elus dada. Saya berpikir bahwa itulah skor saya dimana kalo dikalikan dengan 10 maka skor saya menjadi 492,4. Syukur deh lewat 475 jadi gak ngulang. Eitss....si Bapak malah heran liat saya karena saya sebut skor empat ratus sembilan puluh dua koma empat. Dan dia malah ketawa lihat saya dan berkata, “Dek, itu bukan skor kamu toh. Skor kamu tuh yang disebelah kanan. Pasti grogi ya??” Haha.... saya pun tersipu malu dan melihat kembali bahwa ternyata skor saya itu melebihi harapan saya yaitu 635,90. Puji Tuhan ya Allah, ternyata Dia Maha Baik dan memberikan sesuatu diluar pikiran kita. Saya pun tersenyum lebar dan keluar sambil permisi ke si Bapak. Setelah itu saya berjalan keluar dan memberitahukan skor TPA saya ke ayah dan mama di Medan. Mereka juga bersyukur dan menyemangati saya untuk tes bahasa inggris ELPT ITB selanjutnya. 

Nah buat sobat blogger yang ingin mengetahui seperti apa itu sertifikat TPA Bappenas, dibawah ini sudah saya cantumkan sertifikat saya. Hehehe....manatau sebagai bahan masukan dan bukti bahwa saya tidak boongg. Lol.


Well guys, itulah pengalaman saya seputar TPA Bappenas. Semoga ini dapat membantu sobat sekalian dalam menghadapi TPA Bappenas untuk pertama kali seperti saya dan dijadikan batu loncatan bagi lanjutan. Next saya akan berhadapan dengan tes bahasa inggris TOEFL-nya ITB dengan nama English Language Proficiency Test atau disingkat dengan ELPT-ITB. Nantikan ya curhat pengalaman saya seputar ELPT-ITB. Semanggaaaatttttt...!!!



Salam Hangat,










Dimas Frananta S
Medan – Sumatera Utara