Laman

Jumat, 19 September 2014

Gagal Beasiswa Luar Negeri Bukan Hambatan Meraih Beasiswa Dalam Negeri

Haloha sahabat blogger sekalian. Pada kesempatan kali ini, saya ingin membagi pengalaman saya seputar meraih beasiswa untuk keperluan studi pascasarjana (S2). Setelah saya menyelesaikan program sarjana dengan hasil yang cukup baik, saya berencana untuk langsung melanjutkan pendidikan ke program magister. Waktu itu untuk mendaftar ke tahun ajaran 2013/2014 belum kesampaian dikarenakan pengurusan surat keterangan lulus yang belum lancar. Jadi sempat mengurungkan niat untuk melanjutkan pendidikan di tahun 2013 itu.
Sembari menunggu pengumuman selanjutnya di pascasarjana baik dalam atau luar negeri, saya mendapat informasi dari salah satu laman beasiswa yang menawarkan beasiswa luar negeri ke salah satu universitas yang terletak di negeri Paman Sam itu. Saya baca teliti syarat – syarat beasiswanya dan ternyata dari semua syarat hanya ada 1 syarat yang membuat diriku belum qualified untuk mendaftar yaitu minimal memiliki pengalaman bekerja selama 2 tahun. Nah syarat ini pun sempat membuatku ‘galau’ karena saya pernah sih bekerja sebagai asisten lab selama 2 tahun di jurusan S1 saya dulu da nada surat keterangannya pula. Dengan pemikiran yang cukup panjang, akhirnya saya pun memutuskan untuk mengikuti beasiswa tersebut dengan harapan yang tinggi. Saya mulai mengurus berkas pendaftaran, surat rekomendasi, keterangan pengalaman bekerja, dan sertifikat bahasa inggris (hanya diminta TOEFL >= 450 dan/atau IELTS min 5.0).
Setelah kurang lebih 2 minggu, akhirnya semua berkas pun selesai dan siap dikirimkan via pos ke Kedutaan Besar Amerika Serikat yang bertempat di Jakarta. Saya tertarik mengikuti beasiswa ini karena provider hanya meminta skor bahasa inggris yang pada saat itu saya miliki. Dalam aplikasi beasiswa ini, saya mengambil minat dalam bidang pendidikan sains dan teknologi pembelajaran.
Beberapa bulan kemudian, pengumuman beasiswa pun akhirnya diberitahukan dan dengan perasaan sedikit kecewa, saya pun dinyatakan tidak lulus. Ya mungkin saya belum rezeki untuk studi di luar negeri dan Tuhan pasti punya rencana yang lebih indah buat saya dan masa depan saya. Berlarut dalam kesedihan pun hanya dirasakan beberapa hari olehku dan saya pun bangkit dan ingin mencoba di peluang yang lain. Mengingat banyaknya jenis beasiswa luar negeri lainnya dengan patokan syarat yang sangat tinggi membuat saya mengurungkan lagi niat untuk daftar dan studi di luar Indonesia.
Tak jauh dari kejadian tersebut, akhirnya saya dinyatakan lulus di Institut Teknologi Bandung (ITB) Sekolah Pascasarjana. Sebelumnya sembari saya mendaftarkan diri di beasiswa Amerika Serikat tersebut, saya juga mendaftar ke ITB sebagai cadangan jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Dan Tuhan membukakan peluang untuk saya dengan adanya info beasiswa dalam negeri dari DIRJEN DIKTI KEMENDIKBUD (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Tahun – tahun sebelumnya jenis beasiswa ini sudah ada dan dianggap sebagai beasiswa yang prestisius di Indonesia karena DIKTI memberikan beasiswa penuh dengan mengcover biaya pendidikan, hidup, buku, domisili, penelitian bahkan tiket transportasi selama 2 tahun penuh. Jika mahasiswa pascasarjana mendapatkan beasiswa ini maka tugasnya ya hanya belajar saja dan terkadang dana yang disalurkan sedikit berlebih. Sebelumnya nama beasiswa ini adalah beasiswa Unggulan tetapi mulai tahun 2013 diganti dengan nama BPPDN (Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri) sampai dengan sekarang. Sebagai informasi, tahun sebelumnya untuk mendaftar pada program beasiswa ini cukup mendaftar online dan harus dipastikan universitas penyelenggara bekerja sama dengan DIKTI. Jika anda lulus di universitas penyelenggara maka dapat dipastikan anda sebagai awardee beasiswa BPPDN ini.
Nah kontras dengan tahun ini, DIKTI membuat kebijakan baru dengan syarat pendaftaran beasiswa yang semakin ketat. Pelamar beasiswa selain sudah diterima sebagai mahasiswa di universitas penyelenggara, diwajibkan sudah memiliki skor TPA Bappenas minimal 550, TOEFL ITP min 510 dan surat kerjasama n+1 dari universitas. Bisa kebayangkan kontras yang sangat jauh dari tahun – tahun sebelumnya. Tidak hanya status diterima di universitas penyelenggara saja yang menjadi tolak ukur untuk menjadi awarde beasiswa ini.
Tapi Tuhan sungguh baik dan amat baik, semua syarat itu berhasil saya tembus dan saya yakinkan diri sembari berdoa terus agar bisa lulus dan mendapatkan beasiswa ini. Sungguh sulit memang tetapi dengan kerja keras dan semangat maka tidak ada yang tidak mungkin. Saya pun mendaftarkan diri via online dan meng-upload semua file yang dipersyaratkan. Dan langkah akhir yaitu mendapatkan kartu pelamar beasiswa BPPDN 2014.
Perjuangan saya akhirnya berbuah manis, dipenghujung bulan agustus 2014 sebuah pengumuman keluar dan diantara 41 orang yang lulus beasiswa ini, terdapat nama saya tercetak sebagai awarde beasiswa BPPDN 2014 tahun ini. Saya pun terharu dan menangis karena Tuhan itu tidak akan meninggalkan umatNya yang selalu berjuang dan semangat. Kegagalan saya dalam meraih beasiswa luar negeri akhirnya tergantikan dengan keberhasilan saya dalam meraih beasiswa dalam negeri. Ini cukup memuaskan saya karena saya juga akhirnya kuliah sebagai mahasiswa di universitas terbaik di Indonesia dengan program beasiswa penuh.

Jadi buat pembaca blogger sekalian, janganlah kamu putus asa akan suatu hal yang membuat dirimu kecewa melainkan bangkitlah dan berjuanglah, akan ada suatu masa dimana kamu akan berhasil dengan cara yang lain dan tetap andalkan dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. 
Salam Semangat…!!!

Senin, 01 September 2014

Hasil Pengumuman SPs ITB Gelombang 1 2014

Ini dia yang buat hati nyesek dan paling ditunggu – tunggu banget infonya. Ya apalagi kalau enggak hasil pengumuman SPs ITB Gel 1. Wah pasti sangat penasaran karena ini mah butuh 1 bulan nunggunya dan timing nya buat saya itu tidaklah pas. Disaat yang bersamaan yaitu tanggal 9 Juni 2014 merupakan minggu kedua di bulan Juni dan pihak Sekolah Pascasarjana (SPs) ITB itu menjanjikan akan mengumumkannya hari itu juga. Saya kebetulan lagi ada kerja ke luar negeri, yah ke negara tetangga yang sempat booming dengan kasus pengambilan warisan Indonesia yang di hak patenkan menjadi warisan negara mereka. Ya pastilah itu Negara Malaysia. Lol

Saat itu lagi kerja dan dapat annual job di Malaysia sebagai Education Consultant. Seminggu juga gak kerasa kan kalau uda kerja pastinya. Nah tanggal 9 Juni dimana itu merupakan hari selasa dan saya baru sadar ketika pulang kerja yaitu pukul 18.00 WKL (Waktu Kuala Lumpur). Si manajer juga kebetulan pulang dan saya diminta untuk pulang bersama dengan dia karena kami tinggalnya di 1 Condominium dan berlantai sama yaitu lantai 36. Ketika di dalam taxi, saya membuka situs SPs ITB dan ternyata benar. Pengumumannya sudah ada dan saya juga kaget karena banyak banget nih kriteria hasilnya. Saya jelasin dulu ya apa arti dari kriteria itu.

(1) Diterima ; Status mahasiswa mutlak 100% diterima di ITB
(2) TPA ; Status mahasiswa akan 100% jika dipenuhi syarat TPA Bappenas min >= 475 dalam waktu yang ditentukan
(3) TOEFL ; Status mahasiswa akan 100% jika dipenuhi syarat TOEFL min >= 475 atau ELPT-ITB min >= 77 dalam waktu yang ditentukan
(4) TPA/TOEFL ; Status mahasiswa akan 100% jika dipenuhi syarat TPA Bappenas min >= 475 dan TOEFL min >= 475 atau ELPT-ITB min >= 77 dalam waktu yang ditentukan
(5) Dialihkan ; Akan menjadi mahasiswa dengan kesepakatan yang berlaku (kemungkinan akan studi di semester genap)
(6) Kasus Khusus ; Banyak problem calon mahasiswa baik menyangkut TPA, TOEFL, Hasil Ujian Tertulis bahkan kelinearan pendidikan sarjana sebelumnya. (Bisa diterima menjadi mahasiswa ITB asalkan dengan kondisi tertentu)
(7) Ditolak ; Tidak diterima atau layak menjadi mahasiswa ITB

Selanjutnya saya pun memutuskan untuk hening sejenak dan memantapkan diri untuk mendownload pertama kali yaitu kategori diterima. Suasana mencekam dan ibu manajer juga sudah tau bahwa saya melamar pascasarjana di ITB. Beliau juga support banget dan menyuruh saya untuk cepat – cepat mendownload. Tau sendiri donk kalau di dalam taxi yang berjalan itu, sinyal untuk internetan juga galau. Saya hanya berharap sinyal di salah satu kartu selular di negara ini tidak bermasalah. Setelah di download maka saya pun mencari nama saya dan ternyata Tuhan itu Ajaib. Nama saya pun ketemu dan bersyukur akhirnya diterima. Sungguh tak terduga dan ibu manajer juga mengucapkan selamat sama saya dan juga sedih karena mau gak mau saya harus resign donk demi studi lanjut. Untungnya beliau orangnya baik dan memank saya bekerja di agensi beliau tidak ada ikatan kontrak. Jadi mau resign kapan saja tidak masalah.

Hasil dari usaha dan semangat itu sangatlah manis. Tau sendiri masuk sekolah pascasarjana ITB sungguh berat. Bukan hanya masuk ke program sarjana yang diminati pelajar Indonesia bahkan sampai ke sekolah pascasarjana saja juga tetap diminati. Saya sangat senang bisa diterima dan studi di ITB yang merupakan Universitas Terbaik di Indonesia dengan bidang Sains, Teknologi dan Seni.

Institut Teknologi Bandung (ITB), Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater.